Saat mendengar kata stroke, biasanya kita langsung merasa ketakutan sendiri. Nama penyakit ini bagaikan momok yang bisa merenggut nyawa kita kapan saja. Tapi selama kita tahu cara penanganannya yang tepat, kita bisa mencegah penyakit ini agar tak bertambah parah dan tak berujung pada kematian.
Lalu bagaimana cara menangani stroke yang tepat? dr. Lily S. Sulistyowati, MM, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) menerangkan konsep utama dalam penanganan stroke adalah memberikan pengobatan yang spesifik dalam waktu sesegera mungkin sejak serangan terjadi.
Sayangnya ada beberapa masalah yang muncul seperti tidak dikenalinya gejala awal serangan stroke oleh masyarakat. Alat penilaian sederhana untuk stroke adalah “SEGERA KE RS”, yaitu senyum tidak simetris, gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba, bicara pelo atau tiba-tiba tidak dapat bicara atau tidak mengerti kata-kata/bicara, kebas atau baal, rabun, sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan gangguan fungsi keseimbangan.
Dalam pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular termasuk stroke, pemerintah fokus pada upaya promotif dan preventif dengan tidak meninggalkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Di antaranya dengan:
1. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017, yang tahun ini difokuskan pada kegiatan deteksi dini, peningkatan aktivitas fisik serta konsumsi buah dan sayur.
2. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, sejalan dengan agenda ke-5 Nawacita yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia yang dimulai dari keluarga, di antaranya penderita hipertensi berobat teratur dan tidak ada anggota keluarga yang merokok.
3. Meningkatkan gaya hidup sehat dengan perilaku “CERDIK”, yaitu Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres. Upaya kesehatan berbasis masyarakat yang dikembangkan oleh Direktorat Pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular dalam wadah Posbindu PTM di 4820 puskesmas telah berhasil menggerakkan masyarakat untuk mendeteksi dan memonitor faktor risiko PTM.
Gerakan pencegahan stroke tidak hanya digaungkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Perhimpunan Dokter Spesialis Indonesia (PERDOSSI) bekerja sama dengan Boehringer Ingelheim juga telah meluncurkan ANGELS Initiative pada April 2017. ANGELS Initiative merupakan inisiatif dan komitmen Boehringer Ingelheim dalam meningkatkan pelayanan rumah sakit khususnya dalam penanganan stroke secara terpadu untuk mengurangi angka kejadian stroke.
"Adapun upaya penanganan stroke dilakukan dengan meningkatkan tindakan preventif, diagnosis dan terapi untuk stroke akut," ungkapnya.
Untuk menekan prevalensi stroke, ANGELS Initiative bekerja sama dengan para ahli pembimbing stroke spesialis seluruh dunia dalam mengadakan dan atau meningkatkan kualitas Stroke Center melalui program pelatihan penanganan stroke, penyediaan perlengkapan pelatihan, penunjangan proses optimasi di rumah sakit, dan penyediaan sarana sebagai wadah komunikasi dan akses bimbingan dari stroke spesialis.
Nah, dalam peringatan Hari Stroke Sedunia tahun 2017 ini mengangkat tema “What is your reason for preventing stroke?” Tema ini diangkat untuk menggugah kesadaran masyarakat agar lebih peduli dan waspada terhadap stroke dengan melibatkan semua pihak dalam upaya pencegahan dan pengendalian faktor risiko dengan perilaku hidup sehat, mampu mendeteksi gejala awal stroke, mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang baik, tepat dan terjangkau saat terjadi serangan.
"Kementerian Kesehatan berharap, semoga kita semua dapat menjadi agen perubahan dalam perilaku hidup sehat, khususnya dalam pencegahan dan pengendalian faktor risiko stroke, sehingga masyarakat Indonesia yang sehat dan berkualitas dapat diwujudkan," tutupnya.
Diambil dari content Vemale.com
Tinggalkan Komentar